Perusak – Perusak Hati

Allah Ta’ala berfirman:

لا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولا

“Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” {Al-Israa’: 22}

Perusak-perusak hati ada banyak, seluruhnya terkumpul di dalam lima perkara:

1. Berlebihan bergaul dengan manusia.

Asap-asap nafas manusia (ucapan-ucapan mereka) yang memenuhi hati sampai menjadi hitam dapat menyebabkan perpecahan dan perbedaan bagi hati, keresahan dan kegelisahan, menyia-nyiakan kemaslahatannya, sibuk dengan kemaslahatan mereka, dan bercabangnya pikiran di lembah-lembah tuntutan dan majelis mereka. Lalu, apakah yang akan tersisa untuk Allah dan negeri akhirat?!

Betapa sering pergaulan manusia itu mendatangkan kesengsaraan dan menghalangi kenikmatan (hakiki)?!

Setiap orang-orang yang andil di dalam menggapai suatu tujuan, mereka akan saling menyayangi selama mereka saling membantu untuk menggapainya. Namun, apabila tujuan itu terhalang, maka dia akan membuahkan penyesalan dan kesedihan; kasih sayang tersebut akan berubah menjadi kebencian dan laknat dari sebagian mereka terhadap sebagian lainnya, kecuali yang Allah kehendaki.

Perkataan yang tepat di dalam masalah pergaulan adalah:

Seyogyanya seseorang bergaul dengan para makhluk di dalam kebaikan, seperti di dalam shalat Jum’at, shalat berjama’ah, berhari raya, melaksanakan ibadah haji, berdakwah, amar makruf nahi munkar (memerintahkan yang makruf dan mencegah yang munkar), menuntut ilmu, berjihad, memberikan nasehat, dan melakukan kebaikan; seyogyanya dia juga meninggalkan mereka di dalam keburukan dan berlebih-lebihan di dalam perkara-perkara mubah.

Apabila memang sangat dibutuhkan untuk bergaul dengan mereka di dalam keburukan, maka hendaknya dia berhati-hati agar tidak menyetujui mereka dan bersabar terhadap gangguan mereka, karena sesungguhnya mereka pasti akan menyakitinya. Sabar terhadap gangguan mereka merupakan kesudahan yang paling baik dan bagus.

Apabila memang sangat dibutuhkan untuk bergaul dengan mereka di dalam perkara-perkara yang mubah, maka hendaknya dia berusaha untuk merubah majelis tersebut menjadi majelis keta’atan kepada Allah jika dia mampu.

Namun, apabila dia tidak mampu melakukan hal tersebut, maka hendaknya dia mencabut hatinya dari mereka seperti mencabut sehelai rambut dari adonan roti; hendaknya dia menjadi seperti orang yang hadir dan ghaib di antara mereka, dekat dan jauh. Dia memperhatikan mereka namun tidak melihatnya; dan dia mendengar pembicaraan mereka namun tidak memahaminya, karena dia telah mengambil (mengeluarkan) hatinya dari mereka dan membawanya ke penghuni langit bersama arwah-arwah yang luhur lagi suci. Itu semua tidak akan dapat diraih melainkan dengan taufiq dan pertolongan Allah.

2. Mengarungi samudera angan-angan.

Samudera angan-angan adalah lautan yang tidak bertepi. Dia adalah lautan yang diarungi oleh orang-orang yang tidak memiliki harta. Harta yang dicarinya adalah janji-janji setan, khayalan-khayalan, dan angan-angan palsu. Itulah harta setiap jiwa yang hina dan rendah.

Manusia berbeda-beda di dalam hal tersebut, masing-masing tergantung dengan kondisinya:

Ada yang berangan-angan untuk mendapatkan kekuatan dan kekuasaan, untuk berjalan di atas muka bumi; dan untuk berkeliling dunia. Ada juga yang berangan-angan untuk meraih harta-benda dan kekayaan, wanita dan anak-anak, permainan dan lahwi, serta nafsu syahwat dan kenikmatan jiwa.

Seorang yang memiliki keinginan kuat yang tinggi, harapannya berputar di sekitar ilmu, keimanan, dan amalan yang dapat mendekatkannya kepada Allah, sehingga dia menjadi sebab untuk meraih kemenangan surga.

Hati itu selalu berjalan berputar, ada yang berjalan “berkeliling” di sekitar ‘Arasy Allah; ada juga yang berjalan “berkeliling” di sekitar kakus (tempat pembuangan kotoran).

Seorang yang BERHARAP MENDAPATKAN KEBAIKAN, bisa jadi Allah menjadikan pahalanya sama seperti pahala orang yang mengerjakannya. Seperti orang yang berkata:

“Andai saja aku memiliki harta, pasti aku akan menggunakannya seperti si Fulan yang bertakwa kepada Allah dengan hartanya dan menyambung silaturrahimnya.”

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkeinginan untuk mengerjakan ibadah haji dengan cara tamattu’ sedangkan beliau dalam keadaan haji qiran, sehingga Allah pun memberikannya pahala haji qiran karena amalannya dan pahala haji tamattu’ yang dia inginkan sesuai harapannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menggabungkan antara dua pahala bagi beliau, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Derma.

‎3. Bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini adalah PERUSAK HATI YANG PALING BESAR SECARA MUTLAK. Tidak ada perusak hati yang paling berbahaya daripadanya; dan tidak ada perusak hati yang paling dapat menghalangi kemaslahatan-kemaslahatan dan kebahagiaan hati daripadanya.

Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba berhati-hati. Karena sesungguhnya APABILA DIA BERGANTUNG KEPADA SELAIN ALLAH, maka ALLAH AKAN MENYERAHKAN URUSANNYA KEPADA SESUATU YANG DIA GANTUNGKAN; dan akan menelantarkannya disebabkan dia bergantung kepada selain-Nya. Sehingga dia pun tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lantaran ketergantungnya kepada selain Allah dan berpalingnya dia kepada selain-Nya.

Dia tidak mendapatkan bagian sedikit pun dari Allah; dia juga tidak dapat menggapai apa-apa yang dia harapkan dari orang yang dia itu bergantung kepadanya. Manusia yang paling besar keterlantarannya adalah orang yang bergantung kepada selain Allah.

Bergantung kepada selain Allah merupakan ASAS dan PONDASI KESYIRIKAN yang dibangun di atasnya. Orang yang melakukan hal tersebut adalah orang yang tercela dan terlantar, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولا

“Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (Al-Israa’: 22)

4. Makanan.

Makanan yang dapat merusak hati ada dua macam:

Pertama, makanan yang dapat merusak hati karena dzatnya, seperti makanan-makanan yang diharamkan. Itu terbagi menjadi dua:

1. Makanan yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, daging babi, setiap hewan yang memiliki taring dari jenis binatang buas, dan setiap hewan yang memiliki cakar dari jenis unggas.

2. Makanan yang diharamkan karena hak para hamba, seperti makanan hasil curian, makanan hasil rampasan, makanan hasil perampokan, dan makanan yang diambil tanpa keridhoan pemiliknya baik secara paksa maupun tipu daya.

Kedua, makanan yang dapat merusak hati karena kadarnya dan melampaui batasannya, seperti berlebih-lebihan di dalam yang halal dan kekenyangan yang berlebihan. Karena sesungguhnya makanan itu dapat menyibukkannya dari keta’atan-keta’atan dan menyibuk-kannya untuk mencari ketamakan hingga memperolehnya. Apabila dia telah memperolehnya, maka dia akan disibukkan untuk mencari penyalurannya; dia akan terganggu karena beratnya ketamakan tersebut; unsur-unsur syahwat pun akan menguasainya; dan jalan-jalan setan akan menjadi lebar.

Padahal setan itu berjalan di tubuh manusia pada tempat aliran darah, sehingga banyak makan dapat melebarkan jalan-jalan setan di dalam tubuh manusia. Sedangkan puasa dapat menyempitkan aliran-aliran darah dan menutup jalan-jalan setan.

5. Banyak tidur.

Banyak tidur dapat mematikan hati, melemahkan tubuh, menyia-nyiakan waktu, dan menyebabkan sering lalai dan malas.

Tidur itu bertingkat-tingkat; di antaranya ada yang sangat makruh; di antaranya juga ada yang berbahaya dan tidak bermanfaat untuk tubuh.

Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur yang dilakukan ketika sangat dibutuhkan. Tidur pada awal malam itu lebih bermanfaat dan lebih terpuji ketimbang tidur pada akhir malam; dan tidur pada pertengahan siang itu lebih bermanfaat ketimbang tidur pada pagi dan sore hari.

Setiap kali tidur itu berdekatan dengan waktu pagi dan sore hari, maka manfaatnya menjadi sedikit dan bahayanya menjadi banyak. Apalagi tidur di waktu Ashar dan tidur pada permulaan siang kecuali untuk orang yang begadang.

Tidur di antara shalat Shubuh dan terbitnya matahari hukumnya makruh, karena sesungguhnya waktu tersebut adalah sangat berharga, waktu turunnya rezeki dan barokah, permulaan siang dan pembukaannya, dan darinyalah siang itu muncul.

Tidur yang paling normal dan paling bermanfaat adalah tidur setengah malam pertama dan seperenam malam terakhir, yaitu sekitar delapan jam. Itulah tidur yang paling normal menurut para dokter. Adapun tidur yang lebih atau kurang dari itu, maka akan berefek pada tabiat, menurut mereka (para dokter).

Di antara tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam setelah tenggelamnya matahari (setelah maghrib). Tidur itu hukumnya makruh secara syariat dan tabiat.

Sebagaimana banyak tidur itu dapat menyebabkan berbagai penyakit, maka menahan dan meninggalkan tidur pun dapat menyebabkan berbagai penyakit yang berbahaya pula; seperti buruk dan keringnya tabiat, melencengnya jiwa, dan keringnya kesegaran yang membantu penangkapan dan aktifitas; dan dia juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit mematikan yang tidak dapat diambil manfaat oleh pelakunya, baik untuk hatinya maupun untuk tubuhnya.

——————————————————————————————-

Sumber: (Isi) status dan komentar akh Abu Muhammad Herman yang dikutip dari buku Mengenal Hati, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri hafizhahullah.

Tentang Pernak-Pernik Hati

Blog ini milik seorang hamba yang dhaif, yang senantiasa membutuhkan curahan ilmu dan nasehat..
Pos ini dipublikasikan di Advice dan tag , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar